Pertandingan final Piala Indonesia telah dilaksanakan. Telah didapatkan satu tim sebagai juara yaitu Sriwijaya FC. Sriwijaya FC berhasil menjadi juara setelah menekuk Arema Indonesia dengan skor 2-1melalui Keith Kayamba Gumbs dan Pavel Solomin. Sementara gol Arema Indonesia dicetak oleh Mohammad Ridhuan.

Pertandingan dilaksanakan pada hari minggu (01/08) di Stadion Manahan Solo. Pertandingan dilaksanakan pada pukul 20.00 WIB dan ditayangkan secara langsung oleh salah satu stasiun televisi swasta Indonesia yaitu RCTI.

Puluhan ribu pendukung sepak bola yang terdiri dari Aremania, Pasoepati, Sriwijaya Mania, Singa Mania, Simanis dan supporter lainnya memadati stadion Manahan Solo yang berkapasitas 30.000 orang. Bahkan pada pertandingan kali ini, stadion mengalami kelebihan penonton dan menyebabkan sebagian dari penonton menyaksikan pertandingan ini di pinggir lapangan dengan mendapatkan pengawalan ketat dari aparat kepolisian.

Arema Indonesa tampil dengan kekuatan penuh minus Piere Njangka yang absent dikarenakan sesuatu hal. Sementara Sriwijaya FC dengan seluruh pasukan dan tentunya trisula maut yang dimiliki.

Pertandingan kali ini dipimpin oleh Jimmy Napitupulu. Jimmy Napitupuluh merupakan wasit Indonesia yang memiliki sertifikasi dari FIFA.

Pada lima menit pertama pertandingan, kedua tim masih mencari tempo permainan. Umpan-umpan yang diberikan sering salah dan tidak akurat. Pertandingan juga berlangsung dalam tempo yang tinggi semenjak menit-menit awal. Banyak pelanggaran yang terjadi.

Ferry Routinsulu pada menit-menit awal atau tepatnya menit ketiga mengalami cidera setelah bersentuhan kaki dengan penyerang Arema Indonesia. Cidera ini berawal dari backpass yang dilakukan oleh pemain belakang kepada Ferry Routinsulu. Ferry yang ternyata kurang sigap dan sedikit gugup, akhirnya bingung setelah berlama-lama menahan bola hingga akhirnya bisa dihalangi oleh penyerang Arema dan kaki Ferry pun bertabrakan dengan kaki pemain Arema.

Tempo permainan yang keras ternyata terus berlanjut hingga menit-menit selanjutnya. Hingga akhirnya Penyerang Arema Indonesia yang bernama Noh Alamsyah diberikan kartu merah oleh Jimmy. Noh Alamsyah mengangkat kaki terlalu tinggi ketika berduel dengan pemain belakang Sriwijaya FC yaitu Prescious. Noh Alamasyah mengangkat kaki terlalu tinggi dan mengandung unsure kesengajaan untuk mencederai pemain lawan.

Setelah penyerang Arema Indonesia mendapatkan kartu merah, permainan berubah drastis. Arema Indonesia cenderung lebih mudah untuk dikendalikan oleh Sriwijaya FC dalam permainan walapun sekali-sekali Arema Indonesia berhasil melakukan serangan balik terhadap Sriwijaya FC. Hingga babak pertama usai, kedudukan masih 0-0 untuk masing-masing tim.

Istirahat babak pertama berlangsung sangat lama sekali. Babak kedua baru dilakukan 45 menit kemudian setelah diadakan sebuah kesepakatan. Ternyata pertandingan ditunda sesaat dikarenakan ada sebuah masalah.

Ada salah satu pihak yang meminta bahwa wasit Jimmy Napitupulu untuk diganti karena lebih cenderung berat sebelah dengan alasan sangat cepat memberikan kartu merah pada penyerang Arema Indonesia.

Ada satu hal yang sedikit keliru dari pernyataan ini. Sepanjang babak pertama berlangsung, sang wasit tidak melakukan kesalahan yang sangat besar. Kalau kesalahan-kesalahan kecil, itu wajar dikarenakan wasit-wasit dunia pun sering melakukan kesalahan-kesalahan kecil.

Kartu merah yang diberikan kepada Noh Alamsyah memang wajar dan benar. Mengapa? Sebelumnya penyerang Arema Indonesia ini memang cenderung provokasi dan melawan keputusan wasit, padahal wasit memegang kendali tertinggi dilapangan. Selain itu, komentator juga berpendapat bahwa apa yang dilakukan oleh wasit Jimmy Napitupulu sudah tepat bahkan sangat tepat.

Dalam peraturan sesungguhnya yang jika memang kita mau menjalankan peraturan tersebut, seseorang wasit bisa langsung memberikan kartu kuning kepada para pemain yang bisa menimbulkan kerugian bagi pemain lawan. Hal-hal semacam ini sudah biasa pada sepak bola di Negara-negara Eropa dan juga dilaksanakan pada pentas Piala Dunia beberapa saat yang lalu.

Di Indonesia, pelanggaran-pelanggaran lebih sering ditolerir sehingga para pemain dan seluruh official beranggapan bahwa itu bukan merupakan suatu pelanggaran padahal dalam peraturan hal tersebut bisa diberikan kartu kuning ataupun kartu merah. Hal ini bisa berbahaya bagi mental pemain dalam berlaga di pentas internasional dikarenakan jika para pemain Indonesia berlaga di pentas internasional dengan penerapan peraturan yang sebenar-benarnya, maka pemain kita akan lebih mudah terkena kartu sementara di negeri kita tidak diberikan kartu.

Setelah melalui perudingan selama hampir satu jam, akhirnya pertandingan dilanjutkan dan tetap dengan kepemimpinan wasit Jimmy Napitupullu.

Pada pertandingan kali ini, gol Sriwijaya FC dicetak oleh Keith Kayamba Gumbs pada menit ke 48 dengan menggunakan kepala setelah memanfaatkan tendangan penjuru. Gol balasan dari Arema Indonesia dilesakkan oleh Mohammad Ridhuan melalui tendangan first time yang berhasil mengelabui tiga pemain Sriwijaya FC.

Sementara itu gol kemenangan Sriwijaya FC dicetak oleh Pavel Solomin pada menist ke-80 setelah memanfaatkan umpat lambung dari Ambrizal setelah berhasil lolos dari jebakan offside pemain belakang Arema. Tendangan ke pojok kanan berhasil membawa Sriwijaya FC memenangkan pertandingan final Piala Indonesia 2010 ini.

Dengan kemenangan ini Sriwijaya FC berhak mewakili Indonesia dalam ajang Piala Indonesia. Sementara Arema Indonesia mewakili Indonesia dalam ajang Liga Champion Asia.

Gelar Pemain Terbaik disabet oleh Keith Kayamba Gumbs dan berhak mendapatkan uang tunai sebesar Rp. 50 juta. Sementara pencetak gol terbanyak dengan jumlah gol yaitu 10 gol diraih oleh Christian Gonzales dan berhak mendapatkan uang tunai sebesar Rp. 50 Juta.

Silahkan baca wawancara blak-blakan dengan wasit Jimmy Napitupullu yang bertugas memimpin pertandingan antara Sriwijaya FC vs Arema Indonesia disini